https://palopo.times.co.id/
Opini

Kurban sebagai Instrumen Ekonomi Sosial Umat

Jumat, 06 Juni 2025 - 09:20
Kurban sebagai Instrumen Ekonomi Sosial Umat Hilma Fanniar Rohman, Dosen Perbankan Syariah, Universitas Ahmad Dahlan.

TIMES PALOPO, YOGYAKARTA – Setiap tahun, umat Islam di seluruh dunia menyambut Hari Raya Iduladha dengan penuh suka cita. Di Indonesia, gema takbir menggema di seluruh penjuru negeri, diikuti dengan pelaksanaan ibadah kurban sebagai bentuk ketakwaan dan kepatuhan kepada Allah SWT. 

Namun, di balik dimensi spiritualnya, kurban juga menyimpan potensi besar sebagai instrumen ekonomi dan sosial yang mampu mendorong pemerataan kesejahteraan umat, khususnya bagi kelompok masyarakat yang kurang beruntung.

Kurban sejatinya tidak hanya ritual ibadah semata. Prosesnya melibatkan banyak elemen dalam rantai ekonomi: mulai dari peternak lokal, pedagang hewan, penyedia pakan, jasa transportasi, tukang jagal, hingga relawan distribusi. 

Dalam beberapa tahun terakhir, transaksi ekonomi menjelang dan saat Idul adha menunjukkan perputaran uang yang sangat besar, yang jika dikelola dengan baik, dapat menjadi penggerak ekonomi umat dari lapisan bawah. 

Peternakan rakyat, misalnya, bisa mendapatkan lonjakan permintaan hewan ternak secara signifikan menjelang hari raya. Ini seharusnya menjadi peluang untuk memperkuat kemandirian peternak kecil dan mendongkrak sektor peternakan sebagai bagian dari ekonomi kerakyatan.

Selain aspek ekonomi, ibadah qurban juga mengandung nilai sosial yang tinggi. Daging hewan kurban umumnya disalurkan kepada fakir miskin, yatim piatu, atau masyarakat marginal yang jarang menikmati protein hewani dalam kehidupan sehari-hari. 

Dalam konteks ini, kurban berfungsi sebagai mekanisme distribusi kekayaan yang bersifat rutin dan mengakar dalam ajaran Islam. Praktik ini tidak hanya menumbuhkan solidaritas sosial, tetapi juga mengurangi kesenjangan akses pangan antar kelompok masyarakat. 

Dengan distribusi yang tepat sasaran, kurban bisa menjadi bentuk nyata dari keadilan sosial yang tidak hanya bersifat simbolik, tetapi benar-benar memberi dampak bagi yang membutuhkan.

Namun, kenyataannya, potensi besar ini belum sepenuhnya termanfaatkan secara optimal. Distribusi daging kurban masih sering menumpuk di wilayah perkotaan, padahal kebutuhan protein lebih mendesak di daerah-daerah tertinggal dan pelosok. 

Selain itu, tidak sedikit umat yang membeli hewan kurban dari perusahaan besar atau pemasok impor karena alasan kemudahan dan kepraktisan, padahal hal ini justru melemahkan posisi peternak lokal. 

Jika tidak dikelola dengan pendekatan yang tepat, kurban hanya menjadi konsumsi sesaat tanpa jejak jangka panjang dalam pembangunan ekonomi umat.

Oleh karena itu, perlu ada langkah-langkah konkret untuk menguatkan fungsi qurban sebagai instrumen ekonomi sosial. Pemerintah, organisasi keagamaan, dan lembaga filantropi Islam dapat bersinergi dalam mengatur tata kelola qurban secara lebih adil dan berkelanjutan. 

Dorongan untuk membeli hewan qurban dari peternak lokal, misalnya, bisa meningkatkan pendapatan mereka sekaligus memacu produksi hewan ternak dalam negeri. 

Selain itu, digitalisasi dalam pengumpulan dan penyaluran qurban harus diarahkan bukan semata-mata pada efisiensi, tetapi juga keberpihakan kepada kelompok rentan, baik produsen (peternak kecil) maupun penerima manfaat (mustahik). 

Model distribusi daging olahan, pembekuan (cold storage), dan pengiriman ke wilayah 3T bisa menjadi terobosan untuk memperluas dampak sosial kurban.

Pada akhirnya, qurban bukan hanya tentang menyembelih hewan, tetapi tentang menumbuhkan nilai-nilai pengorbanan, empati, dan keadilan sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Ibadah ini bisa menjadi kekuatan ekonomi alternatif jika dimaknai secara lebih luas dan dijalankan dengan prinsip keberdayaan. 

Momen Idul adha adalah kesempatan yang berulang setiap tahun namun jangan sampai yang berulang hanya ritualnya, sementara dampaknya tidak terasa bagi mereka yang seharusnya terbantu. Sudah saatnya kurban dihayati sebagai bagian dari strategi ekonomi umat yang memberdayakan dan menyatukan.

***

*) Oleh : Hilma Fanniar Rohman, Dosen Perbankan Syariah, Universitas Ahmad Dahlan.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Palopo just now

Welcome to TIMES Palopo

TIMES Palopo is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.