TIMES PALOPO, MOJOKERTO – Wali Kota Mojokerto, Ika Puspitasari mendapatkan kehormatan sebagai salah satu narasumber dalam Konferensi Kota Toleran (KKT) 2025 yang digelar di Singkawang, Kalimantan Barat, Minggu (16/11/2025). Forum ini dihadiri oleh kepala daerah dari berbagai penjuru Indonesia ini.
Ning Ita, sapaan akrab Ika Puspitasari menjelaskan berbagai langkah konkret Kota Mojokerto dalam membangun harmoni dan toleransi antarumat beragama. “Meskipun Kota Mojokerto kecil, masyarakat kami sangat plural dan mampu menjaga kedamaian dalam keberagaman," ujar Ning Ita, Minggu (16/11/2025)..
Ning Ita menyebut bahwa Kota Mojokerto mendapatkan Harmony Award pada 2021 sebagai bentuk apresiasi atas kehidupan masyarakat yang rukun dan terjamin hak-hak kebebasan beragamanya.
Kota Mojokerto, yang hanya memiliki 3 kecamatan dan 18 kelurahan dengan luas 20,48 km², memiliki sejarah panjang sebagai pusat perdagangan di era Majapahit.
Ning Ita menjelaskan bahwa akulturasi budaya sejak abad ke-14 itu hingga kini melekat dalam keseharian warganya. “Kota ini masih memelihara nilai-nilai pluralisme yang diturunkan dari peradaban Majapahit,” ungkapnya.
Salah satu praktik toleransi yang menjadi sorotan adalah gerakan sosial Gempita, sebuah inisiatif dari warga Kristen dan Katolik yang setiap tahun membagikan 5.000 paket Lebaran kepada umat Muslim.
“Ini sudah berlangsung 26 tahun, dan dibagikan di gereja. Sebuah contoh nyata solidaritas lintas iman,” jelas Ning Ita di hadapan para peserta forum.
Selain itu, setiap Ramadan, kelenteng tertua di Mojokerto, Hok Sian Kiong, yang telah berdiri sejak 1823, juga rutin menggelar acara buka puasa bersama dengan melibatkan komunitas Gusdurian. Para pekerja informal seperti tukang becak dan buruh gendong diundang untuk menikmati hidangan, sekaligus mendapatkan paket sembako.
Pemerintah Kota Mojokerto pun melengkapi inisiatif sosial dengan payung hukum berupa Perda Nomor 3 Tahun 2021 tentang penyelenggaraan toleransi dan ketentraman umum. "Nilai kerukunan diarusutamakan dalam tata kelola pemerintahan dan kehidupan sosial," ujar Ning Ita.
Tak berhenti di sana, Pemkot Mojokerto kini sedang mewujudkan sebuah kawasan rumah ibadah bersama seluas 1,5 hektare, yang akan menampung enam tempat ibadah untuk enam agama, termasuk klenteng. “Ini akan menjadi monumen harmoni dan edukasi toleransi bagi generasi mendatang,” imbuhnya.
Dengan berbagai program inovatif tersebut, Ning Ita menegaskan bahwa Mojokerto bukan sekadar kota kecil, melainkan kota dengan "jiwa besar dan hati yang terbuka" untuk semua warganya. “Kami ingin menjadi teladan, bahwa keberagaman bukan hambatan, melainkan kekuatan,” pungkasnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Wali Kota Mojokerto Tularkan Semangat Pluralisme dalam KKT 2025
| Pewarta | : Thaoqid Nur Hidayat |
| Editor | : Ronny Wicaksono |